MAKALAH
CIRI-CIRI AKHLAK
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh : Mohammad
Sahlan
PEMBAHASAN
I.Pengertian
Akhlak
Akhlak
adalah bentuk jama’ dari yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Berakar dari kata khalaqa
yang berarti menciptakan. Kata-kata akhlak seakar dengan kata khaliq
(pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan). Abdul Karim Zaidan mendefinisikan akhlak sebagai berikut, “Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengan sorotan dan timbangannya, seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau
buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.”
Dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, akan
muncul secara spontan ketika diperlukan, tanpa pemikiran atau pertimbangan dan
tidak memerlukan dorongan dari luar. Akhlakul karimah sangatlah tinggi
kedudukannya dalam penilaian Islam. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah selalu menakar baik
buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
II. Ciri-ciri Akhlak
Selain definisi mengenai
akhlak, dalam islam akhlak mempunyai ciri-ciri tersendiri, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.Rabbani
Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah),
yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber kepada wahyu Allah yang termaktub di
dalam al-qur’an dan as-sunnah al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa
tujuan para rasul allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan
(rabaniyah), yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat
mencapai ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh
makhluk. “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu
menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia
berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imron
(3): 79). Makna “rabbaniyah” itu
sendiri sama dengan “berkeimanan” dan “berketakwaan” atau lebih sederhana dapat
dikatakan “beriman dan bertakwa”. Oleh karena iman dan takwa adalah fondasi dari
ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak
yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupun takwa.
Ajaran
akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu
Ilahi yang termaktub dalam Al-Quran dan sunnah. Dalam Al-Quran terdapat kuarang
lebih 1500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, demikian pula hadist-hadist yang
memberikan pedoman akhlaq. Sifat rabbani dari akhlaq juga menyangkut tujuanya,
yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Ciri rabbani juga menjelaskan dan me
negaskan bahwa akhlaq dalam islam adalah sesuatu yang memiliki nilai mutlak .
Akhlak rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia. Al-Quran mengajarkan
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am6: 153).
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am6: 153).
Seorang muslim
diwajibkan untuk memiliki akhlakul karimah, yaitu bisa mengaplikasikan apa-apa
yang telah Rasulullah ajarkan dan beliau praktekkan semasa hidupnya. Rasulullah
sendiri dalam riwayat hadis pernah dijelaskan, ditanyakan orang kepada ‘Aisyah
ra.: “ Apakah akhlak Nabi SAW ?” Jawabnya, “ akhlaknya ialah Alqur’an”. Artinya
akhlak-akhlak yang baik dalam Alqur’an itulah akhlak Rasulullah SAW. Dengan
demikian dapat diketahuilah bahwa Alqur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Rasulullah melalui Jibril, sehingga ahlakpun sumbernya dari Allah SWT
yang harus kita ikuti sebagai makhluk Allah SWT.
2.Manusiawi
Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah),
yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah
manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan
kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan
hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja, dan
memihak kepada kebenaran “semu”, hasil rekayasa tangan dan otak jahil manusia,
sesungguhnya ini bertentangan dengan hati nuraninya yang memihak kepada
kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir tidak dapat dilawan,
ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu membawa kepada ketenangan dan
kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui
rasa bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan
dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri. Akhlak Islam selalu
menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan media untuk
menca[ai kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga dan memlihara
keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai dengan
fitrahnya. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS ar-Rum(3): 30).
3. Universal
Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah),
maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna,
siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat. Orang-orang yang
non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, misalnya tidak berjudi, berzina,
selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati orang lain, senang
membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu berterima kasih
atas rezki yng didapat dengan cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam
kelompok akhlak mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Dalam masyarakat Jawa sendiri sangat menjunjung tinggi
tentang akhlak, diantaranya yaitu dalam sopan-santun ketika bertamu,
menghormati orang yang lebih tua, bahkan tawdhu’ kepada gurunya dan masih
banyak lagi. Inilah universalisme akhlak islam yang
berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh dunia, tanpa membedakan etnis,
ras dan suku. Akhlak
Islam itu telah sempurna, sebagaiman kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Hal
ini dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku
kepada allah, melainkan
juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam
sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni kepada Allah, sesama manusia dan
alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin terciptanya kehidupan yang
harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual maupun matrial.
4. Keseimbangan
Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun),
artinya bahwa akhlak islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang
menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus
kepada Allah, selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang
menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang tidak mengenal
etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan nista. Manusia
dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya, yaitu kekuatan
kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa nafsunya. Manusia
memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri
tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam
keseimbangan. Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia,
melainkan harus diarahkan untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan
aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat dan
terhormat, kalau terus berada dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun
manusia dapat meluncur ke tingkat yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan,
kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut, dengan selalu
berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat
kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan
akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.
5.Realistis
Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah),
yaitu akhlak Islam memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia
memang makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
makhluk ciptaan allah lainya, tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan.
Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam
segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada kelemahan. Kerja
sama, tolong ,menolong
adalah suatu bentuk kesadaran manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan
kebaikan. Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan
menghormati orang lain, melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak
komunikasi dengan suku dan bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang
mengatakan bahwa ia mampu hidup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa
orang lain. Ia tidak sadar, bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat
pinggang yang menempel setiap saat di tubuhnya, dan makanan, minuman,
buah-buahan yang disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain.
Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya
sendiri. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(QS Al-Maidah
(5):3) .
Selain
itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban
kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa
kepada manusia, justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia
tidak sanggup melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan
yang telah ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil
keringanan (rukhsah) yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada
orang lain yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih
baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah
perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan
orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia. “Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya". (QS Al-baqarah (2): 286).
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dari pengertian dan ciri-ciri
akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak dalam islam adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, akan muncul secara spontan ketika
diperlukan, tanpa pemikiran atau pertimbangan dan tidak memerlukan dorongan
dari luar. Kemudian selain definisi tersebut pastilah ada
ciri-ciri mengenai arti esensi akhlak sendiri, diantaranya adalah akhlak itu
rabbani, manusiawi, universal, keseimbangan dan realistis. Dan kita sebagai
orang islam haruslah memiliki akhlak-akhlak yang baik, sebagaimana akhlaknya
Rasululah SAW. karna Rasulullah adalah sebagai uswatun khasanah bagi kita orang
islam.
REFERENSI MAKALAH
Yunahar Ilyas, Studi Akhlaq,
Yogyakarta: LPPI, 2000
http://imronfauzi.wordpress.com
Yunus Prof. H. Mahmud,
Akhlak, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1978
SEMOGA BERMANFAAT
BalasHapusmerit casino no deposit bonus codes & reviews 2021 - Deccasino
BalasHapus› › งานออนไลน์ Casino Players deccasino get their first taste at Meriton Casino no deposit bonus codes and review the site's welcome bonus 바카라사이트 offers and promotions. Read our review. Rating: 4.4 77 reviews