Rabu, 26 Desember 2012

MAKALAH TENTANG AHLAK



MAKALAH
CIRI-CIRI AKHLAK
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh : Mohammad Sahlan


PEMBAHASAN

I.Pengertian Akhlak
Akhlak adalah bentuk jama’ dari yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Kata-kata akhlak seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan). Abdul Karim Zaidan mendefinisikan akhlak sebagai berikut, “Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya, seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.”
Dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, akan muncul secara spontan ketika diperlukan, tanpa pemikiran atau pertimbangan dan tidak memerlukan dorongan dari luar. Akhlakul karimah sangatlah tinggi kedudukannya dalam penilaian Islam. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah selalu menakar baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.

II. Ciri-ciri Akhlak
Selain definisi mengenai akhlak, dalam islam akhlak mempunyai ciri-ciri tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Rabbani
Akhlak rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-qur’an dan as-sunnah al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa tujuan para rasul allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah), yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat mencapai ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk. “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imron (3): 79). Makna “rabbaniyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan “berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan bertakwa”. Oleh karena iman dan takwa adalah fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupun takwa.
Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam Al-Quran dan sunnah. Dalam Al-Quran terdapat kuarang lebih 1500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, demikian pula hadist-hadist yang memberikan pedoman akhlaq. Sifat rabbani dari akhlaq juga menyangkut tujuanya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Ciri rabbani juga menjelaskan dan me negaskan bahwa akhlaq dalam islam adalah sesuatu yang memiliki nilai mutlak . Akhlak rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia. Al-Quran mengajarkan
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am6: 153)
.
Seorang muslim diwajibkan untuk memiliki akhlakul karimah, yaitu bisa mengaplikasikan apa-apa yang telah Rasulullah ajarkan dan beliau praktekkan semasa hidupnya. Rasulullah sendiri dalam riwayat hadis pernah dijelaskan, ditanyakan orang kepada ‘Aisyah ra.: “ Apakah akhlak Nabi SAW ?” Jawabnya, “ akhlaknya ialah Alqur’an”. Artinya akhlak-akhlak yang baik dalam Alqur’an itulah akhlak Rasulullah SAW. Dengan demikian dapat diketahuilah bahwa Alqur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui Jibril, sehingga ahlakpun sumbernya dari Allah SWT yang harus kita ikuti sebagai makhluk Allah SWT.
2.Manusiawi
Akhlak manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak kepada kebenaran “semu”, hasil rekayasa tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini bertentangan dengan hati nuraninya yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri. Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan media untuk menca[ai kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga dan memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai dengan fitrahnya.  “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS ar-Rum(3): 30).

3. Universal
Akhlak universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat. Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, misalnya tidak berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati orang lain, senang membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu berterima kasih atas rezki yng didapat dengan cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Dalam masyarakat Jawa sendiri sangat menjunjung tinggi tentang akhlak, diantaranya yaitu dalam sopan-santun ketika bertamu, menghormati orang yang lebih tua, bahkan tawdhu’ kepada gurunya dan masih banyak lagi. Inilah universalisme akhlak islam yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh dunia, tanpa membedakan etnis, ras dan suku. Akhlak Islam itu telah sempurna, sebagaiman kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku kepada allah, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni kepada Allah, sesama manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin terciptanya kehidupan yang harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual maupun matrial.
4. Keseimbangan
Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah, selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang tidak mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya, yaitu kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa nafsunya. Manusia memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam keseimbangan. Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia, melainkan harus diarahkan untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat dan terhormat, kalau terus berada dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat meluncur ke tingkat yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan, kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut, dengan selalu berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.
5.Realistis
Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan allah lainya, tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada kelemahan. Kerja sama, tolong ,menolong adalah suatu bentuk kesadaran manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan. Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain, melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar, bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya sendiri. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(QS Al-Maidah (5):3) .
Selain itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa kepada manusia, justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia tidak sanggup melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan (rukhsah) yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". (QS Al-baqarah (2): 286).


KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dari pengertian dan ciri-ciri akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak dalam islam adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, akan muncul secara spontan ketika diperlukan, tanpa pemikiran atau pertimbangan dan tidak memerlukan dorongan dari luar. Kemudian selain definisi tersebut pastilah ada ciri-ciri mengenai arti esensi akhlak sendiri, diantaranya adalah akhlak itu rabbani, manusiawi, universal, keseimbangan dan realistis. Dan kita sebagai orang islam haruslah memiliki akhlak-akhlak yang baik, sebagaimana akhlaknya Rasululah SAW. karna Rasulullah adalah sebagai uswatun khasanah bagi kita orang islam.














REFERENSI MAKALAH

Yunahar Ilyas, Studi Akhlaq, Yogyakarta: LPPI, 2000
 http://imronfauzi.wordpress.com
Yunus Prof. H. Mahmud, Akhlak, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1978


2 komentar:

  1. merit casino no deposit bonus codes & reviews 2021 - Deccasino
    › › งานออนไลน์ Casino Players deccasino get their first taste at Meriton Casino no deposit bonus codes and review the site's welcome bonus 바카라사이트 offers and promotions. Read our review. Rating: 4.4 77 reviews

    BalasHapus