Minggu, 04 Mei 2014

STRUKTUR FORMAL BAHASA JAWA MODERN, ANALISIS SINTAKSIS


Nama               : Mohammad Sahlan
NIM                : 12/334891/SA/16494
Mata Kuliah    : Sintaksis

Sruktur Formal Bahasa Jawa Modern

1.      Fungsi kata yang mengisi struktur formal bahasa Jawa Modern
Sebagaimana dijelaskan dalam buku Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis  oleh Prof. Drs. M. Ramlan, dalam struktur bahasa Indonesia secara umum memiliki lima fungsi, yang diantaranya adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) yang tersusun dalam tataran klausa. Klausa di sini dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak.
Bahasa Jawa Modern merupakan salah satu bahasa Austronesia yang secara struktur dan morflogi mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Jawa Modern dapat dianalisis dengan menggunakan teori linguistik bahasa Indonesia. Kemudian untuk mengetahui fungsi apa saja yang dapat mengisi struktur bahasa Jawa Modern dapat digunakan buku Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis M. Ramlan sebagai landasan teori.
Berdasarkan strukturnya, S dan P dapat dipertukarkan tempatnya, maksudnya S mungkin terletak di muka P, atau sebaliknya P mungkin terletak di muka S (Ramlan, 1987: 92). Dalam kasus P terletak di muka S sering dipakai dalam ungkapan-ungkapan non formal, sehingga dalam ungkapan formal fungsi S berada di depan P (penutur). Unsur O selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif. Apabila dipasifkan kata atau frase yang menduduki fungsi O menduduki fungsi S (Ramlan, 1987: 93).
Unsur Pel  mempunyai persamaan O yaitu selalu terletak di belakang P. Perbedaanya adalah apabila klausa kalimat itu diubah menjadi kalimat pasif, O menduduki fungsi S sedangkan Pel tetap berada di belakang P dan menduduki fungsi Pel (Ramlan, 1987: 95). Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O, dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang P, dalam suatu klausa Ket pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan SP, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O dan di antara P dan Pel .(Ramlan, 1987: 97).
Contoh ungkapan formal:
Bahasa Indonesia     
Suntono          mengajar            murid kelas XII            matematika              Senin kemarin.
      S                     P                             O                             Pel                              Ket
Bahasa Jawa Modern
Suntono           ngajar              matematika           murid kelas XII           Senin wingi.
      S                   P                        Pel                              O                            Ket
Analisis contoh klausa yang berbahasa Jawa:
Kata Suntono dalam contoh klausa kedua di atas adalah menempati fungsi S. Secara teori yang telah dijelaskan di atas, S dalam ungkapan formal bahasa Indonesia terletak sebelum P. Dalam klausa bahasa Jawa Modern pun S terletak sama persis di depan P. Maka dengan demikian fungsi S dalam bahasa Jawa Modern sama dengan bahasa Indonesia. Kata ngajar dalam klausa di atas menempati fungsi P. Pada kalimat di atas, P terletak di belakang fungsi S. Jadi fungsi P pada bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa Modern memiliki kesamaan.
Kata matematika dalam contoh di atas menempati fungsi Pel. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan di atas bahwa Pel mempunyai persamaan O yaitu selalu terletak di belakang P. Namun Pel jika dipasifkan tidak bisa menempati fungsi S, dan hanya tetap berada di belakang P. Dari contoh klausa bahasa Indonesia dan bahasa Jawa Modern memiliki sedikit perbedaan yaitu pada penempatan posisi fungsi O dan Pel. Hal ini dipengaruhi oleh penutur masing-masing bahasa dan tidak merubah arti keduanya. Kata murid kelas XII menempati fungsi O karena berada di belakang P dan akan menempati fungsi S apabila dipasifkan, hal ini sesuai dengan teori di atas.
Kata Senin wingi dalam klausa di atas menempati fungsi keterangan. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan di atas bahwa selain menempati fungsi S, P, O, dan Pel maka menempati fungsi Ket. Hal ini juga didukung dengan kedudukan kata senin ingi bisa berada di depan, tengah, belakang, kecuali di antara P dan O, atau P dan Pel. Dengan analisis demikian dalam struktur formal bahasa Jawa Modern memiliki fungsi yang sama sebagaimana dalam bahasa Indonesia, yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Namun demikian dalam penempatan O dan Pel terdapat perbedaan. Bahasa Indonesia O terletak di depan Pel (klausa aktif) dan bahasa Jawa Modern Pel terletak di depan O (klausa aktif).
2.      Kategori kata yang mengisi struktur formal bahasa Jawa Modern
Sebagaimana dijelaskan pada nomor 1 di atas bahwa klausa terdiri dari unsur fungsional, ternyata unsur-unsur fungsional itu hanya dapat diisi dengan golongan atau kategori kata atau frase tertentu. Tidak semua kategori kata atau frase dapat menduduki semua fungsi klausa.
Dalam M. Ramlan (1987), Fungsi S dapat diduduki oleh nomina (N), dan kata lain yang dinominalkan. Untuk mengetahui apa saja batasan nomina telah dibahas dalam bab morfologi bahasa Jawa Modern. Fungsi P dapat diduduki beberpa kategori kata yaitu nomina (N), verba (V), kata bilangan (Bil), frase depan (FD), dan mungkin juga terdiri dari keterangan (Ket). Sama halnya dengan S, fungsi O terdiri dari kata atau frase yang termasuk golongan nomina (N). Fungsi Pel bisa terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori nomina (N), verba (V), dan mungkin juga bilangan (Bil). Fungsi Ket terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori Ket, frase depan (FD),  nomina (N), dan mungkin pula terdiri dari kata atau frase golongan verba (V).
Contoh:
2.1

Suntono
ngajar
matematika 
murid kelas XII
Senin wingi
Fungsi
S
P
Pel
O
Ket
Kategori
N
V
N
Frase N
Ket

2.2

Suntono
Anake pak Tomo
Fungsi
S
P
Kategori
N
Frase N

2.3

Mobil bapak
tiga
Fungsi
S
P
Kategori
Frase N
Bil

2.4

Cah wadoh kae
ayu
Fungsi
S
P
Kategori
Frase N
Adjektif




2.5

Buku kui
kanggo adhiku sing cilik
Fungsi
S
P
Kategori
Frase N
Frase depan

2.6

Pentase
sesok bengi
Fungsi
S
P
Kategori
N
Ket

2.7

Maryanto
Lagi sinau
Numpak motor
ing dalan
Fungsi
S
P
Pel
Ket
kategori
N
V
Frase V
Frase depan

2.8

Manuke simbah
Tambah
lima
Fungsi
S
P
Pel
kategori
N
V
Bil

2.9

Kanthi boten ngirangi pakurmatan
kawula
aturaken
lenggah
Fungsi
Ket
S
P
Pel
Kategori
Frase depan (FD)
N
V
V



3.1

Pinten-pinten dinten samangke
Pak Hendro
Boten saged ngajar
Fungsi
Ket
S
P
kategori
Frase N
Frase N
Frase V

3.2

Maryanto
Garap
tugas
pĕthĕntĕngan
Fungsi
S
P
O
Ket
kategori
N
V
N
V

Dari banyak contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam ungkapan formal bahasa Jawa Modern fungsi S dalam klausa dapat diisi dengan kategori kata benda (N) dan kata lain yang dibendakan. Fungsi P dapat diisi dengan kategori kata atau frase kata kerja (V), kata atau frase kata sifat (adjektiva), kata atau frase kata bilangan (Bil), kata keterangan (Ket), dan frase depan (FD). Fungsi O dapat diisi dengan kata atau frase benda (N). Fungsi Pel dapat diisi dengan kategori kata atau frase benda (N), kata atau frase kata kerja (V), dan kata atau frase kata bilangan (Bil). Fungsi Ket dapat diisi dengan kategori kata keterangan (Ket), kata atau frase kata benda (N), kata kerja (V), dan frase depan (FD). Kesimpulan ini sedikit mempunyai perbedaan dengan buku acuan Ilmu bahasa Indonesia M. Ramlan, 1987 yaitu pada kata sifat yang tidak tercantum dalam buku tersebut

3. Makna pengisi fungsi unsur klausa dalam bahasa Jawa Modern
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel, dan Ket, dan dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, Frase depan, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil, dan fungsi Ket terdiri dari Ket, FD, N. Semua fungsi itu selain terdiri dari kategori-kategori kata atau frase, juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisis satu fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi yang lain (Ramlan, 1987:105).
a.       Makna unur pengisi fungsi P:
1.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘perbuatan’
Contoh dalam kalimat, (3.3) Syihab lagi sinau.
Frase lagi sinau menduduki fungsi P menyatakan makna ‘perbuatan’, yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh ‘pelakunya’, yang dalam kalimat 2.1  terdapat pada S, yaitu kata Syihab.
2.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘keadaan’
Contoh dalam kalimat, (3.4) Badanipun bapak gerah.
Kata  gerah menduduki fungsi P menyatakan makna ‘keadaan’, yaitu keadaan yang sedang dialami oleh ‘pelaku’, yang dalam kalimat 2.2 terdapat pada S, yaitu kat badanipun bapak.
3.      Unsur pengisi menyatakan makna ‘keberadaan’
Contoh dalam kalimat, (3.5) simbah ingkang sepuh punika manggen wonten dusun kilen.
Kata manggen yang menjadi unsur pengisi fungsi P tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ dan ‘keadaan’ karena tidak menjawab pertanyaan sedang mengapa,diapakan, dan bagaimana, melainkan menyatakan makna ‘keberadaan’, menjawab pertanyaan di mana, di mana para tamu? Jawabnya: simbah ingkang sepuh punika manggen wonten dusun kilen.
4.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘pengenal’
Contoh dalam kalimat, (3.6) Dalem punika daleme ibu kula.
Unsur P yang terdiri dari frase golongan benda (N), yaitu dalem punika, menyatakan makna ‘pengenal’ atau ‘identitas’ yakni ciri khas seseorang atau suatu benda yang menyebabkan orang atau benda itu mudah dikenal.
5.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘jumlah’
Contoh dalam kalimat, (3.7) Manuke simbah punika gangsal.
Kata gansal yang termasuk golongan kata bilangan (Bil), yang dalam kalimat 2.5 mengisi fungsi P menyatakan makna ‘jumlah’, menjawab pertanyaan berapa.

6.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘pemerolehan’
Contoh dalam kalimat, (3.8) Adhik kantuk artha.
Kata kantuk yang menjadi unsur pengisi P pada kalimat 2.6 tidak menyatakan makna ‘perbuatan’, ‘keadaan’, ‘pengenal’. Dan ‘jumlah’ karena kata itu tidak dapat digunkakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, bagaimana, .... siapa,.... apa, dan berapa, melainkan menyatakan makna ‘pemerolehan’ atau ‘benefaktif’, yaitu pemerolehan peruntukan, kegunaan, atau manfaat dari apa yang dinyatakan pada kata yang menjadi objeknya.
b.  Makna pengisi unsur S
1.  Unsur pengisi S menyatakan ‘sebab’
Sebagaimana contoh, Shihab lagi sinau.
Frase lagi sinau yang mengisi fungsi P menyatakan makna ‘perbuatan’. Perbuatan sinau pada kalimat di atas dilakukan oleh Syihab yang mengisi fungsi S. Demikianlah, klausa kalimat tersebut yang terdiri dari kata Syihab menyatakan makna ‘pelaku’, diikuti frase lagi sinau yang menyatakan makna ‘perbuatan’. Yang dimaksud makna pelaku adalah makna yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi P sebagai jawaban dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh fungsi P.
2.  Unsur S menyatakan makna ‘alat’
Dalam contoh, (3.8) mobil-mobi punika ngangkuti beras.
Unsur pengisi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu mobil-mobil punika, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, melainkan menyatakan makna ‘alat’, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan perbuatan karena tidak mungkin mengajukan pertanyaan, siapa yang ngakut beras, atau beras diangkut oleh siapa, melainkan pertanyaan beras diangkut dengan apa.
3. Unsur S menyatakan makna ‘sebab’
Dalam kalimat, (3.9) udan gedhe nggawe banjir desa sebelah.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu udan gedhe, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, dan juga bukan menyatakan ‘alat’, melainkan menyatakan makna ‘sebab’, yaitu yang menyebabkan banjir karena kalimat 3.9 itu berparafrase dengan kalimat. (4.1) Desa sebelah banjir amargi udan gedhe. Kata amargi (karena) menyatakan makna ‘sebab’.
4. Unsur S menyatakan makna ‘penderita’
Dalam kalimat, (4.2) Suntono lagi diseneni ibune.
Unsur pengisi S yang terdiri dari golongan N, yaitu Suntono menyatakan makna ‘penderita’, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pda P. Sebagai jawaban pertanyaan apa atau siapa yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P.
5. Unsur S menyatakan makna ‘hasil’
Dalam kalimat, (4.3) gedung kui dibangun tahun 1980.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu gedung kui, bukanya menyatakan makna ‘penderita’, melainkan makna ‘hasil’, yaitu hasil dari suatu perbuatan.
6.  Unsur pengisi S menyatakan makna ‘tempat’
Dalam kalimat, (4.3) Goa Pindul kerep didolani wisatawan lokal.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu Goa Pindul, menyatakan makna ‘tempat’ mengingat kalimat itu berparafrase dengan kalimat, (4.5) wisatawan lokal kerep dolani ing Goa Pindul. Kata depan ing (di) mendandai makna ‘tempat’, yaitu tempat berada dan tempat yang dituju.
7.  Unsur pengisi S menyatakan makna ‘penerima’
Dalam kalimat, (4.6) Ibu ditumbaske ageman mbakyu bodho wingi.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari golongan N, yaitu ibu, menyatakan makna ‘penerima’, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaa, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan pada P , yaitu perbuatan ditumbaske.
8. Unsur pengisi S menyatakn makna ‘pengalam’
Dalam kalimat, (4.7)  Sepeda motor bapak nembe rusak.
Frase nembe rusak yang mengisi fungsi P menyatakan makna ‘keadaan’ yaitu keadaan, baik keadaan jasmaniah ataupun rohaniah, yang dialami oleh unsur pengisi fungsi S, yaitu sepeda motor bapak. Demikianlah unsur S pada kalimat di atas menyatakan makna ‘pengalam’, yakni ‘yaang mengalami keadaan’ yang dinyatakan pada P.
9.  Unsur pengisi S menyatakan makna ‘dikenal’
Dalam kalimat, (4.8) Bapak Suntono punika guru wonten ing SMK Diponegoro. Unsur pengisi P yang terdiri dari golongan N, yaitu guru menyatakan makna ‘pengenal‘, yakni suatu tanda pengenal atau identitas, dalam hal ini bagi apa yang disebut pada S.
10. Unsur pengisi S menyatakan makna ‘terjumlah’
Dalam kalimat, (4.9)Putranipun simbah gangsal.
Unsur pengisi P yang terdiri dari frase golongan bilangan, yaitu gansal (lima) menyatakan makna ‘jumlah’ atau banyaknya apa yang tersebut pada S.  Demikianlah maka unsur pengisi S dalam kalimat-kalimat itu menyatakan makna ‘terjumlah’, maksudnya yang jumlahnya dinyatakan pada P. Unsur pengisi S itu ialah putranipun simbah.
c. Makna unsur pengisi O
1. Unsur pengisi O menyatakan makna ‘penderita’
Dalam kalimat, (5.1) Dheweke nuthuk pitik.
Unsur pengisi S, yaitu kata dheweke menyatakan makna ‘pelaku’, unsur pengisi P, kata nuthuk, menyatakan makna ‘perbuatan’, dan unsur pengisi O, kata pitik , menyatakan makna ‘penderita’, yakni yang menderita atau dikenai akibat menjawab pertanyaan siapa atau apa yang menderita atau dikenai akibat perbuatan.

2. Unsur pengisi O menyatakan makna ‘penerima’
Dalam kalimat, (5.2) simbah numbaske aku klambi.
Unsur pengisi O yang terdiri dari golongan N, yaitu aku bukanya manyatakan makna ‘penderita’, melainkan menyatakan makna ‘penerima’, yakni yang menerima peruntukan, kegunaan, dan faedah perbuatan yang dinyatakan oleh P.

Makna Pengisi Fungsi Unsur Klausa
Predikat
Subyek
Objek
Pelengkap
Keterangan
Perbuatan
Keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
pemerolehan
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pengalam
Dikena
Jumlah
Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
Penderita
Alat
Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian

4. Beberapa ungkapan bahasa Jawa Modern
5.3 Bapak dosen maringi tugas sintaksis mahasiswa selasa kepengker.

Bapak dosen
maringi
Tugas sintaksis
mahasiswa
Selasa kepengker
Fungsi
S
P
Pel
O
Ket
Kategori
N
V
N
N
N
Makna
Pelaku
perbuatan
alat
penderita
waktu

Analisis: dalam kalimat nomor 5.3 frase bapak dosen menduduki fungsi S karena dia memiliki intonasi sebagai S. Dalam fungsi S yang ditempati frase bapak dosen ditempati kategori N, dan memiliki makna ‘pelaku’ karena menjadi pelaku dari P, yang diduduki oleh makna ‘penderita’. Dengan demikian P mempunyai arti ‘perbuatan’ dan kategori yang menempatinya adalah verba (V). Kemudian frase tugas sintaksis menduduki fungsi Pel karena dia tidak bisa menduduki fungsi S apabila dipasifkan, dan hanya berada di belakang P. Fungsi Pel diisi kategori frase nominal (N), dan mempunyai makna’penderita’ karena kata tugas sintaksis  menjadi alat dari perbuatan P. Kata mahasiswa menduduki fungsi O, dikarenakan kata mahasiswa bisa menempati fungsi S apabila dipasifkan. Kemudian kategori O adalah nomina (N), dan mempunyai makna penderita, karena kata mahasiswa menjadi penderita dari pelaku S. Kata selasa kepengker menduduki fungsi Ket, karena kata tersebut bisa menempati tempat bebas, kecuali di anatara P O, P Pel, sebagaimana teori di atas. Kategori fungsi Ket adalah sebagai frase benda. Dan maknanya adalah waktu.
5.4 Pak Hendro inggih punika dosen linguistik wonten ing jurusan Sastra Nusantara UGM.

Pak Hendro
Inggih punika dosen linguistik
Wonten ing jurusan Sastra Nusantara UGM
Fungsi
S
P
Ket
Kategori
N
N
FD
Makna
Dikenal
Pengenal
Tempat




5.6 wayang inggih punika salah satunggaling budaya Jawi.

Wayang
inggih punika salah satunggaling budaya Jawi
Fungsi
S
P
kategori
N
Frase
Makna
Dikenal
pengenal

5.7 Pak dosen dawuh, yen kabudayan Jawi kedah dipunlestarekake.

Pak dosen
dawuh
yen kabudayan Jawi kedah dipunlestarekake
Fungsi
S
P
Pel
Kategori
Frase N
V
Frase N
Makna
Pelaku
Perbuatan
alat