Nama : Mohammad Sahlan
NIM : 12/334891/SA/16494
Mata Kuliah : Sintaksis
Sruktur Formal Bahasa Jawa Modern
1.
Fungsi
kata yang mengisi struktur formal bahasa Jawa Modern
Sebagaimana
dijelaskan dalam buku Ilmu Bahasa
Indonesia, Sintaksis oleh Prof. Drs.
M. Ramlan, dalam struktur bahasa Indonesia secara umum memiliki lima fungsi,
yang diantaranya adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket) yang tersusun dalam tataran klausa. Klausa di sini
dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel,
dan Ket ataupun tidak.
Bahasa
Jawa Modern merupakan salah satu bahasa Austronesia yang secara struktur dan
morflogi mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian
bahasa Jawa Modern dapat dianalisis dengan menggunakan teori linguistik bahasa
Indonesia. Kemudian untuk mengetahui fungsi apa saja yang dapat mengisi
struktur bahasa Jawa Modern dapat digunakan buku Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis M. Ramlan sebagai landasan teori.
Berdasarkan
strukturnya, S dan P dapat dipertukarkan tempatnya, maksudnya S mungkin
terletak di muka P, atau sebaliknya P mungkin terletak di muka S (Ramlan, 1987:
92). Dalam kasus P terletak di muka S sering dipakai dalam ungkapan-ungkapan
non formal, sehingga dalam ungkapan formal fungsi S berada di depan P
(penutur). Unsur O selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal
transitif. Karena P itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa itu
dapat diubah menjadi klausa pasif. Apabila dipasifkan kata atau frase yang
menduduki fungsi O menduduki fungsi S (Ramlan, 1987: 93).
Unsur
Pel mempunyai persamaan O yaitu selalu
terletak di belakang P. Perbedaanya adalah apabila klausa kalimat itu diubah
menjadi kalimat pasif, O menduduki fungsi S sedangkan Pel tetap berada di
belakang P dan menduduki fungsi Pel (Ramlan, 1987: 95). Unsur klausa yang tidak
menduduki fungsi S, P, O, dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket.
Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang P, dalam suatu klausa
Ket pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan
SP, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di belakang
sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O dan di
antara P dan Pel .(Ramlan, 1987: 97).
Contoh
ungkapan formal:
Bahasa Indonesia
Suntono
mengajar
murid
kelas XII matematika Senin
kemarin.
S P O Pel Ket
Bahasa
Jawa Modern
Suntono ngajar matematika murid kelas XII Senin wingi.
S
P
Pel O Ket
Analisis
contoh klausa yang berbahasa Jawa:
Kata
Suntono dalam contoh klausa kedua di
atas adalah menempati fungsi S. Secara teori yang telah dijelaskan di atas, S
dalam ungkapan formal bahasa Indonesia terletak sebelum P. Dalam klausa bahasa
Jawa Modern pun S terletak sama persis di depan P. Maka dengan demikian fungsi
S dalam bahasa Jawa Modern sama dengan bahasa Indonesia. Kata ngajar dalam klausa di atas menempati
fungsi P. Pada kalimat di atas, P terletak di belakang fungsi S. Jadi fungsi P
pada bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa Modern memiliki kesamaan.
Kata
matematika dalam contoh di atas
menempati fungsi Pel. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan di atas bahwa Pel
mempunyai persamaan O yaitu selalu terletak di belakang P. Namun Pel jika
dipasifkan tidak bisa menempati fungsi S, dan hanya tetap berada di belakang P.
Dari contoh klausa bahasa Indonesia dan bahasa Jawa Modern memiliki sedikit
perbedaan yaitu pada penempatan posisi fungsi O dan Pel. Hal ini dipengaruhi
oleh penutur masing-masing bahasa dan tidak merubah arti keduanya. Kata murid kelas XII menempati fungsi O karena
berada di belakang P dan akan menempati fungsi S apabila dipasifkan, hal ini
sesuai dengan teori di atas.
Kata
Senin wingi dalam klausa di atas
menempati fungsi keterangan. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan di atas
bahwa selain menempati fungsi S, P, O, dan Pel maka menempati fungsi Ket. Hal
ini juga didukung dengan kedudukan kata senin
ingi bisa berada di depan, tengah, belakang, kecuali di antara P dan O,
atau P dan Pel. Dengan analisis demikian dalam struktur formal bahasa Jawa
Modern memiliki fungsi yang sama sebagaimana dalam bahasa Indonesia, yaitu S,
P, O, Pel, dan Ket. Namun demikian dalam penempatan O dan Pel terdapat
perbedaan. Bahasa Indonesia O terletak di depan Pel (klausa aktif) dan bahasa
Jawa Modern Pel terletak di depan O (klausa aktif).
2.
Kategori
kata yang mengisi struktur formal bahasa Jawa Modern
Sebagaimana dijelaskan
pada nomor 1 di atas bahwa klausa terdiri dari unsur fungsional, ternyata
unsur-unsur fungsional itu hanya dapat diisi dengan golongan atau kategori kata
atau frase tertentu. Tidak semua kategori kata atau frase dapat menduduki semua
fungsi klausa.
Dalam M. Ramlan (1987),
Fungsi S dapat diduduki oleh nomina (N), dan kata lain yang dinominalkan. Untuk
mengetahui apa saja batasan nomina telah dibahas dalam bab morfologi bahasa
Jawa Modern. Fungsi P dapat diduduki beberpa kategori kata yaitu nomina (N),
verba (V), kata bilangan (Bil), frase depan (FD), dan mungkin juga terdiri dari
keterangan (Ket). Sama halnya dengan S, fungsi O terdiri dari kata atau frase
yang termasuk golongan nomina (N). Fungsi Pel bisa terdiri dari kata atau frase
yang termasuk kategori nomina (N), verba (V), dan mungkin juga bilangan (Bil).
Fungsi Ket terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori Ket, frase depan
(FD), nomina (N), dan mungkin pula
terdiri dari kata atau frase golongan verba (V).
Contoh:
2.1
|
Suntono
|
ngajar
|
matematika
|
murid
kelas XII
|
Senin
wingi
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Pel
|
O
|
Ket
|
Kategori
|
N
|
V
|
N
|
Frase
N
|
Ket
|
2.2
|
Suntono
|
Anake
pak Tomo
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Kategori
|
N
|
Frase
N
|
2.3
|
Mobil
bapak
|
tiga
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Kategori
|
Frase
N
|
Bil
|
2.4
|
Cah
wadoh kae
|
ayu
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Kategori
|
Frase
N
|
Adjektif
|
2.5
|
Buku
kui
|
kanggo
adhiku sing cilik
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Kategori
|
Frase
N
|
Frase
depan
|
2.6
|
Pentase
|
sesok
bengi
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Kategori
|
N
|
Ket
|
2.7
|
Maryanto
|
Lagi
sinau
|
Numpak
motor
|
ing
dalan
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Pel
|
Ket
|
kategori
|
N
|
V
|
Frase
V
|
Frase
depan
|
2.8
|
Manuke
simbah
|
Tambah
|
lima
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Pel
|
kategori
|
N
|
V
|
Bil
|
2.9
|
Kanthi boten ngirangi pakurmatan
|
kawula
|
aturaken
|
lenggah
|
Fungsi
|
Ket
|
S
|
P
|
Pel
|
Kategori
|
Frase depan (FD)
|
N
|
V
|
V
|
3.1
|
Pinten-pinten dinten samangke
|
Pak Hendro
|
Boten saged ngajar
|
Fungsi
|
Ket
|
S
|
P
|
kategori
|
Frase N
|
Frase N
|
Frase V
|
3.2
|
Maryanto
|
Garap
|
tugas
|
pĕthĕntĕngan
|
Fungsi
|
S
|
P
|
O
|
Ket
|
kategori
|
N
|
V
|
N
|
V
|
Dari
banyak contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam ungkapan formal bahasa
Jawa Modern fungsi S dalam klausa dapat diisi dengan kategori kata benda (N)
dan kata lain yang dibendakan. Fungsi P dapat diisi dengan kategori kata atau
frase kata kerja (V), kata atau frase kata sifat (adjektiva), kata atau frase
kata bilangan (Bil), kata keterangan (Ket), dan frase depan (FD). Fungsi O
dapat diisi dengan kata atau frase benda (N). Fungsi Pel dapat diisi dengan
kategori kata atau frase benda (N), kata atau frase kata kerja (V), dan kata
atau frase kata bilangan (Bil). Fungsi Ket dapat diisi dengan kategori kata
keterangan (Ket), kata atau frase kata benda (N), kata kerja (V), dan frase
depan (FD). Kesimpulan ini sedikit mempunyai perbedaan dengan buku acuan Ilmu bahasa Indonesia M. Ramlan, 1987
yaitu pada kata sifat yang tidak tercantum dalam buku tersebut
3. Makna pengisi fungsi unsur klausa dalam
bahasa Jawa Modern
Dalam
analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi
S, P, O, Pel, dan Ket, dan dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa
fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, Frase depan, fungsi O
terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil, dan fungsi Ket terdiri dari
Ket, FD, N. Semua fungsi itu selain terdiri dari kategori-kategori kata atau
frase, juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur
pengisis satu fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi
yang lain (Ramlan, 1987:105).
a. Makna
unur pengisi fungsi P:
1. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘perbuatan’
Contoh dalam kalimat,
(3.3) Syihab lagi sinau.
Frase lagi sinau menduduki fungsi P menyatakan
makna ‘perbuatan’, yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh ‘pelakunya’, yang
dalam kalimat 2.1 terdapat pada S, yaitu
kata Syihab.
2. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘keadaan’
Contoh dalam kalimat, (3.4)
Badanipun bapak gerah.
Kata gerah menduduki
fungsi P menyatakan makna ‘keadaan’, yaitu keadaan yang sedang dialami oleh
‘pelaku’, yang dalam kalimat 2.2 terdapat pada S, yaitu kat badanipun bapak.
3. Unsur
pengisi menyatakan makna ‘keberadaan’
Contoh dalam kalimat, (3.5)
simbah ingkang sepuh punika manggen
wonten dusun kilen.
Kata manggen yang menjadi unsur pengisi
fungsi P tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ dan ‘keadaan’ karena tidak menjawab
pertanyaan sedang mengapa,diapakan, dan bagaimana, melainkan menyatakan makna
‘keberadaan’, menjawab pertanyaan di mana, di mana para tamu? Jawabnya: simbah ingkang sepuh punika manggen wonten
dusun kilen.
4. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘pengenal’
Contoh dalam kalimat, (3.6)
Dalem punika daleme ibu kula.
Unsur P yang terdiri
dari frase golongan benda (N), yaitu dalem
punika, menyatakan makna ‘pengenal’ atau ‘identitas’ yakni ciri khas
seseorang atau suatu benda yang menyebabkan orang atau benda itu mudah dikenal.
5. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘jumlah’
Contoh dalam kalimat,
(3.7) Manuke simbah punika gangsal.
Kata gansal yang termasuk golongan kata
bilangan (Bil), yang dalam kalimat 2.5 mengisi fungsi P menyatakan makna
‘jumlah’, menjawab pertanyaan berapa.
6. Unsur
pengisi P menyatakan makna ‘pemerolehan’
Contoh dalam kalimat,
(3.8) Adhik kantuk artha.
Kata kantuk yang menjadi unsur pengisi P pada
kalimat 2.6 tidak menyatakan makna ‘perbuatan’, ‘keadaan’, ‘pengenal’. Dan
‘jumlah’ karena kata itu tidak dapat digunkakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, bagaimana, ....
siapa,.... apa, dan berapa, melainkan menyatakan makna ‘pemerolehan’ atau
‘benefaktif’, yaitu pemerolehan peruntukan, kegunaan, atau manfaat dari apa
yang dinyatakan pada kata yang menjadi objeknya.
b. Makna pengisi unsur S
1. Unsur pengisi S menyatakan ‘sebab’
Sebagaimana contoh, Shihab lagi sinau.
Frase lagi sinau yang mengisi fungsi P
menyatakan makna ‘perbuatan’. Perbuatan sinau
pada kalimat di atas dilakukan oleh Syihab
yang mengisi fungsi S. Demikianlah, klausa kalimat tersebut yang terdiri
dari kata Syihab menyatakan makna ‘pelaku’, diikuti frase lagi sinau yang menyatakan makna ‘perbuatan’. Yang dimaksud makna
pelaku adalah makna yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi
fungsi P sebagai jawaban dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang
dinyatakan oleh fungsi P.
2. Unsur S menyatakan makna ‘alat’
Dalam contoh, (3.8) mobil-mobi punika ngangkuti beras.
Unsur pengisi S yang
terdiri dari frase golongan N, yaitu mobil-mobil
punika, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, melainkan menyatakan makna ‘alat’,
yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan perbuatan karena tidak
mungkin mengajukan pertanyaan, siapa yang
ngakut beras, atau beras diangkut oleh siapa, melainkan pertanyaan beras diangkut dengan apa.
3. Unsur S menyatakan
makna ‘sebab’
Dalam kalimat, (3.9) udan gedhe nggawe banjir desa sebelah.
Unsur pengisi fungsi S
yang terdiri dari frase golongan N, yaitu udan
gedhe, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, dan juga bukan menyatakan ‘alat’,
melainkan menyatakan makna ‘sebab’, yaitu yang menyebabkan banjir karena
kalimat 3.9 itu berparafrase dengan kalimat. (4.1) Desa sebelah banjir amargi udan gedhe. Kata amargi (karena) menyatakan makna ‘sebab’.
4. Unsur S menyatakan
makna ‘penderita’
Dalam kalimat, (4.2) Suntono lagi diseneni ibune.
Unsur pengisi S yang
terdiri dari golongan N, yaitu Suntono menyatakan
makna ‘penderita’, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pda P.
Sebagai jawaban pertanyaan apa atau siapa
yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P.
5. Unsur S menyatakan
makna ‘hasil’
Dalam kalimat, (4.3) gedung kui dibangun tahun 1980.
Unsur pengisi fungsi S
yang terdiri dari frase golongan N, yaitu gedung
kui, bukanya menyatakan makna ‘penderita’, melainkan makna ‘hasil’, yaitu
hasil dari suatu perbuatan.
6. Unsur pengisi S menyatakan makna ‘tempat’
Dalam kalimat, (4.3) Goa Pindul kerep didolani wisatawan lokal.
Unsur pengisi fungsi S
yang terdiri dari frase golongan N, yaitu Goa
Pindul, menyatakan makna ‘tempat’ mengingat kalimat itu berparafrase dengan
kalimat, (4.5) wisatawan lokal kerep
dolani ing Goa Pindul. Kata depan ing
(di) mendandai makna ‘tempat’, yaitu tempat berada dan tempat yang dituju.
7. Unsur pengisi S menyatakan makna ‘penerima’
Dalam kalimat, (4.6) Ibu ditumbaske ageman mbakyu bodho wingi.
Unsur pengisi fungsi S
yang terdiri dari golongan N, yaitu ibu,
menyatakan makna ‘penerima’, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaa, atau
faedah dari perbuatan yang dinyatakan pada P , yaitu perbuatan ditumbaske.
8. Unsur pengisi S
menyatakn makna ‘pengalam’
Dalam kalimat, (4.7) Sepeda
motor bapak nembe rusak.
Frase nembe rusak yang mengisi fungsi P
menyatakan makna ‘keadaan’ yaitu keadaan, baik keadaan jasmaniah ataupun
rohaniah, yang dialami oleh unsur pengisi fungsi S, yaitu sepeda motor bapak. Demikianlah unsur S pada kalimat di atas
menyatakan makna ‘pengalam’, yakni ‘yaang mengalami keadaan’ yang dinyatakan
pada P.
9. Unsur pengisi S menyatakan makna ‘dikenal’
Dalam kalimat, (4.8) Bapak Suntono punika guru wonten ing SMK
Diponegoro. Unsur pengisi P yang terdiri dari golongan N, yaitu guru menyatakan makna ‘pengenal‘, yakni suatu
tanda pengenal atau identitas, dalam hal ini bagi apa yang disebut pada S.
10. Unsur pengisi S
menyatakan makna ‘terjumlah’
Dalam kalimat, (4.9)Putranipun simbah gangsal.
Unsur pengisi P yang
terdiri dari frase golongan bilangan, yaitu gansal
(lima) menyatakan makna ‘jumlah’ atau banyaknya apa yang tersebut pada S. Demikianlah maka unsur pengisi S dalam
kalimat-kalimat itu menyatakan makna ‘terjumlah’, maksudnya yang jumlahnya
dinyatakan pada P. Unsur pengisi S itu ialah putranipun simbah.
c. Makna unsur pengisi
O
1. Unsur pengisi O
menyatakan makna ‘penderita’
Dalam kalimat, (5.1) Dheweke nuthuk pitik.
Unsur pengisi S, yaitu
kata dheweke menyatakan makna
‘pelaku’, unsur pengisi P, kata nuthuk, menyatakan
makna ‘perbuatan’, dan unsur pengisi O, kata pitik , menyatakan makna ‘penderita’, yakni yang menderita atau
dikenai akibat menjawab pertanyaan siapa atau apa yang menderita atau dikenai akibat
perbuatan.
2. Unsur pengisi O
menyatakan makna ‘penerima’
Dalam kalimat, (5.2) simbah numbaske aku klambi.
Unsur pengisi O yang
terdiri dari golongan N, yaitu aku
bukanya manyatakan makna ‘penderita’, melainkan menyatakan makna ‘penerima’,
yakni yang menerima peruntukan, kegunaan, dan faedah perbuatan yang dinyatakan
oleh P.
Makna Pengisi Fungsi
Unsur Klausa
Predikat
|
Subyek
|
Objek
|
Pelengkap
|
Keterangan
|
Perbuatan
Keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
pemerolehan
|
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pengalam
Dikena
Jumlah
|
Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
|
Penderita
Alat
|
Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian
|
4. Beberapa ungkapan
bahasa Jawa Modern
5.3
Bapak dosen maringi tugas sintaksis mahasiswa selasa kepengker.
|
Bapak dosen
|
maringi
|
Tugas sintaksis
|
mahasiswa
|
Selasa kepengker
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Pel
|
O
|
Ket
|
Kategori
|
N
|
V
|
N
|
N
|
N
|
Makna
|
Pelaku
|
perbuatan
|
alat
|
penderita
|
waktu
|
Analisis:
dalam kalimat nomor 5.3 frase bapak dosen
menduduki fungsi S karena dia memiliki intonasi sebagai S. Dalam fungsi S
yang ditempati frase bapak dosen ditempati
kategori N, dan memiliki makna ‘pelaku’ karena menjadi pelaku dari P, yang
diduduki oleh makna ‘penderita’. Dengan demikian P mempunyai arti ‘perbuatan’
dan kategori yang menempatinya adalah verba (V). Kemudian frase tugas sintaksis menduduki fungsi Pel
karena dia tidak bisa menduduki fungsi S apabila dipasifkan, dan hanya berada
di belakang P. Fungsi Pel diisi kategori frase nominal (N), dan mempunyai
makna’penderita’ karena kata tugas
sintaksis menjadi alat dari
perbuatan P. Kata mahasiswa menduduki
fungsi O, dikarenakan kata mahasiswa bisa
menempati fungsi S apabila dipasifkan. Kemudian kategori O adalah nomina (N),
dan mempunyai makna penderita, karena kata mahasiswa
menjadi penderita dari pelaku S. Kata selasa
kepengker menduduki fungsi Ket, karena kata tersebut bisa menempati tempat
bebas, kecuali di anatara P O, P Pel, sebagaimana teori di atas. Kategori
fungsi Ket adalah sebagai frase benda. Dan maknanya adalah waktu.
5.4
Pak Hendro inggih punika dosen linguistik wonten ing jurusan Sastra Nusantara
UGM.
|
Pak Hendro
|
Inggih punika dosen linguistik
|
Wonten ing jurusan Sastra Nusantara
UGM
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Ket
|
Kategori
|
N
|
N
|
FD
|
Makna
|
Dikenal
|
Pengenal
|
Tempat
|
5.6
wayang inggih punika salah satunggaling budaya Jawi.
|
Wayang
|
inggih punika salah satunggaling
budaya Jawi
|
Fungsi
|
S
|
P
|
kategori
|
N
|
Frase
|
Makna
|
Dikenal
|
pengenal
|
5.7
Pak dosen dawuh, yen kabudayan Jawi kedah dipunlestarekake.
|
Pak dosen
|
dawuh
|
yen kabudayan Jawi kedah
dipunlestarekake
|
Fungsi
|
S
|
P
|
Pel
|
Kategori
|
Frase N
|
V
|
Frase N
|
Makna
|
Pelaku
|
Perbuatan
|
alat
|