Kamis, 26 Juni 2014

BIMBINGAN BELAJAR GRATIS SUKSES MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI, DI KOMUNITAS MATA AIR



ANALISIS PENGEMBANGAN MASYARAKAT
BIMBINGAN BELAJAR GRATIS SUKSES MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI, DI KOMUNITAS MATA AIR 
Disusun Oleh:
Mohammad Sahlan
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Dalam sepanjang zaman, pendidikan telah menarik perhatian banyak orang karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, di mana kita semua percaya bahwa pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) hanya mungkin apabila masyarakat sekitarnya memiliki pendidikan yang memadai, dan yang mampu melestarikan lingkungan di mana mereka berada. Permasalahan pendidikan adalah sangat kompleks. Prof. Tilaar juga mengakui hal ini dengan mengatakan bahwa “pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya , yaitu politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaaan (Malik, 2002: xvii).
            Pendidikan di Indonesia belum senyatanya dinikmati oleh setiap warga negara, terutama pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Banyak hal yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi. Biaya pendidikan yang masih mahal sehingga menyusahkan masyarakat yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah untuk menikmati pendidikan di tingkat tinggi adalah salah satu permasalahan pendidikan. Penyediaan perguruan tinggi yang masih belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah warga negara Indonesia juga merupakan permasalahan berikutnya bagi pendidikan di Indonesia. Hal demikian harus bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah, swasta, dan juga warga masayarakat Indonesia agar pendidikan Indonesia semakin maju dan terasakan oleh semua kalangan masyarakat.
            Komunitas Mata Air adalah kumpulan para pemuda yang peduli pendidikan, melakukan upaya peningkatan masyarakat (utamanya) kalangan ekonomi menengah ke bawah di bidang pendidikan dengan membantu menghantarkan ke perguruan tinggi melalui bantuan materi dan nonmateri. Dari segi materi komunitas ini membantu dengan beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa. Segi nonmateri Komunitas Mata Air menfasilitasi pembelajaran untuk mengahadapi seleksi tulis masuk perguruan tinggi negeri. Fasilitas yang diberikan berupa bimbingan belajar, motivasi, peningkatan kapasitas individu, dan pengalaman lainya. Semua usaha tersebut adalah bentuk pengabdian dan perjuangan masyarakat terhadap pendidikan di negara Indonesia ini.
            Jika dilihat dari segi kesejahteraan masyarakat, berdasarkan uraian dan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia yang berekonomi menengah ke bawah belum termasuk masayarakat yang sejahtera. Karena salah satu penentu kesejahteraan bagi suatu masyarakat adalah tercukupinya semua kebutuhan termasuk pendidikan. Program komunitas Mata Air merupakan salah satu bentuk penyikapan dan penyelesaian terhadap permasalahan pendidikan yang terjadi. Namun, program yang dilakukan oleh Komunitas Mata Air apakah termasuk dalam program pengembangan masyarakat?
1.2 Perumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah gambaran umum program dari Komunitas Mata Air?
b. Apakah pengertian pengembangan (pemberdayaan) masyarakat itu?
c. Bagaimanakah hubungan pengembangan masyarakat terhadap program Komunitas Mata Air?
1.3 Tujuan
            Dari rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui program Komunitas Mata Air di bidang pendidikan.
b. Mengetahui teori pengembangan masyarakat.
c. Mengetahui hubungan antara pengembangan masyarakat dengan program Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri oleh Komunitas Mata Air.
1.4 Landasan Teori
            Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan: pemerintah selalu berusaha dl ~ pembangunan secara bertahap dan teratur yg menjurus ke sasaran yg dikehendaki; ~ masyarakat proses kegiatan bersama yg dilakukan oleh penghuni suatu daerah untuk memenuhi kebutuhannya. Dan masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. Menurut Soetomo (2011), masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi. Batasan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi dalam kegiatan  Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi di Komunitas Mata Air dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya merupakan bagian dari masyarakat secara umum.
            Pengembangan masyarakat memiliki banyak persamaan dengan beberapa istilah lain, sebagaimana pemberdayaan masayarakat, pembangunan masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Sudjana dalam Abu Su’ud (2005), pengembangan masyarakat mengandung arti sebagai upaya yang terencana dan sistimatis yang dilakukan oleh, untuk dan dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk dalam semua aspek kehidupannya di dalam suatu kesatuan wilayah. Upaya yang demikian itu, mengandung makna bahwa pengembangan masyarakat dilaksanakan dengan berwawasan lingkungan, baik lingkungan alam, sosial maupun budaya. Pengembangan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas sumberdaya manusia (masyarakat), yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, sikap nilai-nilai dan keterampilan yang diperlukan bagi pengembangan diri dan masyarakatnya.
            Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses transformasi masyarakat dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin mendekati tata masyarakat yang dicita-citakan; dalam proses transformasi itu ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change), tarikan antara keduanya menimbulkan dinamika dalam perkembangan masyarakat (Djojonegoro dalam Moeis, 2009: 3). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
           
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hasil Penelitian
2.1.1 Komunitas Mata Air
            Komunitas Mata Air merupakan kumpulan dari anak-anak muda dari berbagai perguruan tinggi dalam satu wilayah yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pendidikan yang ada di Indonesia. Komunitas ini berkembang dan bertahan di kota-kota besar yang memiliki kampus negeri. Salah satu contohnya adalah di kota Yogyakarta.
            Yogyakarta merupakan kota yang terkenal sebagai kota budaya dan pendidikan. Di kota inilah mulai berkembang komunitas mata air pertama kali yang anggotanya berasal dari kampus negeri UGM, UNY, dan UIN Suka yang memiliki kepedulian terhadap sosial pendidikan. Kemudian berkembang ke beberapa kota, seperti Semarang dan Jakarta. Berlanjut Surabaya, Bandung, Malang dan semua kota yang memiliki perguruan tinggi negeri di Indonesia.
2.1.2 Program Komunitas Mata Air
            Komunitas Mata Air memiliki program sosial di bidang pendidikan yang sangat membantu pada siswa yang tidak mampu menempuh pendidikan tinggi karena alasan biaya. Program yang telah dilaksanakan adalah Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Program ini ditujukan kepada siswa lulusan SLTA sederajat yang memiliki keterbatasan ekonomi dan akademis yang mempunyai semangat tinggi untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
            Selain program di atas, Komunitas Mata Air juga membantu pemberian beasiswa studi di perguruan tinggi negeri. Kemudian, Komunitas Mata Air juga membantu mengadvokasikan beasiswa kepada lulusan program Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang telah diterima di kampus negeri.
2.1.3 Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri
            Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri adalah suatu prgram kegiatan membimbing siswa lulusan SLTA sederajat berekonomi menengah ke bawah untuk dipersiapkan dalam menghadapi jalur seleksi masuk perguruan tinggi. Peserta diasramakan selama satu bulan penuh untuk dibimbing secara intensif di bidang akademik, pengembangan karakter, dan motivasi untuk kuliah.
            Bentuk kegiatan secara umum adalah, tryout kecil di waktu pagi, evaluasi, kegiatan belajar mengajar dengan tentor pilihan, capacity building, belajar kelompok didampingi panitia, kunjungan ke kampus negeri, tryout besar, outbond, monitoring dan evaluasi akademik peserta, konseling, pengarahan jurusan yang sesuai, pendaftaran beberapa jalur masuk perguruan tinggi negeri, dan lain sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan bersifat harian, dua hari sekali, satu minggu sekali, dan satu bulan sekali.
            Perekrutan peserta dilakukan dengan sosialisasi kegiatan ini di beberapa sekolah, utamanya sekolah yang masih berstandart di bawah rata-rata sekolah negeri. Kemudian dilaksanakan seleksi melalui tryout yang dihadiri oleh ratusan siswa dari beberapa sekolah. Kriteria penilaian seleksi ini adalah melalui beberapa tahap, akademis, latar belakang keluarga, dan latar belakang siswa. Dan selanjutnya, peserta yang telah lolos seleksi ini akan dibimbing selama satu bulan di program Bimbingan Belajar Gratis Sukses Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
            Kegiatan BPUN ini memerlukan banyak biaya untuk operasional dari awal hingga akhir. Yayasan Mata Air Jakarta memberikan dukungan dana hingga 50% sesuai dengan kebutuhan. Dana dari sponsor dari beberapa pihak juga ikut membantu kegiatan ini. Selain itu, kegiatan BPUN ini juga dibantu dana dari alumni dan para peserta sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga. Semua dana itulah yang membantu kegiatan BPUN ini terlaksana.
            Tujuan umum dari program komunitas mata air adalah membantu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membantu para pemuda/i Indonesia (yang memiliki banyak keterbatasan) untuk melanjutkan studi di kampus-kampus negeri yang nantinya menjadi pemimpin masa depan bangsa. Sehingga mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia.

2.2 Analisis Hasil Penelitian
            Penelitian yang telah dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif yang isinya adalah penggambaran secara umum objek penelitian. Di atas telah banyak dijelaskan bagaimana program yang dilakukan oleh Komunitas Mata Air di bidang pendidikan. Selain itu juga dijelaskan beberapa data dan bukti dari penelitian ini yang dilampirkan pada bab selanjutnya. Beberapa teori tentang topik penelitian ini disampaikan pada bab sebelumnya. Di sini dipakai beberapa teori dari beberapa sumber pengurus dan pelaksana kegiatan yang diperoleh dan dipakai untuk menganalisis hasil penelitian ini.
            Secara umum, dalam teori pengembangan masyarakat yang banyak dijelaskan lebih mengarah pada program pemerintah (kebijakan) untuk meningkatkan (secara cepat) kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa hal. Di bidang pengembangan pariwisata, pemerintah memberikan dana bantuan untuk desa yang memiliki potensi sumber daya alam dan budaya untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Di bidang perbaikan sarana prasarana, pemerintah memberi dana bantuan untuk menambah fasilitas di pedesaan melalui program PNPM Mandiri Pedesaan. Dan masih banyak lagi contoh yang semisal dengan hal demikian.
            Semua program yang dicontohkan di atas adalah program yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Berbeda dengan bahan analisis penelitian yang dibahas pada makalah ini. Program yang dilakukan oleh Komunitas Mata Air (sebagaimana dijelaskan) memberikan bantuan dan motivasi kepada para siswa lulusan SMA/sederajat untuk bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Berbeda dengan yang dilakukan oleh pemerintah, di Komunitas Mata Air memberikan rangsangan kepada masayarakat (berupa lulusan SLTA) untuk mengembangkan dirinya di segi apapun melalui jenjang pendidikan. Dan target dari program ini adalah masyarakat yang mengalami kendala di bidang pendidikan.
            Secara produk ataupun hasil yang dikeluarkan secara nyata, program bimbingan belajar gratis Komunitas Mata Air belum bisa dikatakan sebagai proses pengembangan masyarakat (definisi umum). Sebagaimana program yang dilaksanakan pemerintah, seperti PNPM-Mandiri Pariwisata mampu menghasilkan output yang nyata yaitu penambahan jumlah lapangan kerja, tempat wisata, desa wisata, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penambahan devisa daerah dan negara. Jika hasil secara nyata dari program Komunitas Mata Air dibandingkan dengan Program PNPM Mandiri Pariwisata, maka akan terdapat banyak perbedaan. Program bimbingan belajar gratis ini menghasilkan keluaran masyarakat (peserta) bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi (utamanya negeri). Peserta di sini juga tidak kesemuanya dapat diterima di perguruan tinggi negeri, namun tetap diusahakan untuk bisa kuliah. Disini hasilnya masih dalam kategori nonmateriil.
            Dari segi pengembangan masyarakat, terdapat dua pelaku yang melaksanakan kegiatan ini. Yang pertama adalah panitia pelaksana. Di program bimbingan belajar gratis Komunitas Mata Air ini dikelola dan dijalankan oleh beberapa panitia. Panitia ini terdiri dari alumni dari kegiatan ini sendiri dan juga pihak luar (bukan alumni) yang tergabung dalam komunitas. Panitia mempersiapkan, mengelola, dan bertanggung jawab program dari awal sampai akhir tanpa adanya imbalan (bayaran). Sehingga kegiatan yang dilakukan adalah murni kegiatan sosial. Panitia dalam program ini berlaku sebagai agen dan juga objek tidak langsung. Sebagai agen, panitia melakukan segala tindakan untuk bisa menyukseskan kegiatan ini sampai selesai. Sebagai objek tidak langsung, panitia ikut dijadikan objek yang nantinya bisa menambah pengalaman dan kepekaan sosial terhadap masyarakat. Yang menjadi objek kedua adalah peserta. Peserta mendapatkan banyak motivasi dan arahan untuk mengembangkan dirinya melalui jalur pendidikan. Manfaat jangka dekatnya adalah peserta dapat kuliah di perguruan tinggi negeri dengan beasiswa yang diperoleh. Manfaat jangka panjang, peserta selama 5-10 tahun ke depan akan menikmati hasil proses pendidikan di perguruan tinggi negeri yang dijalani nantinya.
            Dalam proses pengembangan masyarakat yang diharapkan dan diidealkan adalah masyarakat menjadi agen perubahan. Bukan hanya beberapa orang penginisiator yang bergerak sendiri, namun masyarakatlah yang dijadikan sebagai subjek dalam pengembangan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pola Down-Top bukan Top-Down jika dilihat dari beberapa teori. Pola Down-Top yang dimaksud adalah proses pengembangan masyarakat yang dipelopori oleh beberapa orang tertentu kepada suatu masyarakat tertentu dan masyarakat dijadikan sebagai pelaku (agen) dalam proses ini. Maksud dari Down-Top secara bahasa adalah bawah ke atas. Dalam program Bimbingan Belajar Gratis Mata Air, panitia (inisiator, pengelola) memberikan arahan dan masukan pada masyarakat yang nantinya masyarakat (peserta) bisa menjadi subjek dalam program ini. Sebagai contoh panitia memberikan fasilitator untuk memotivasi, konseling, dan bimbingan kepada masyarakat. Kemudian masyarakat melakukan kegiatan ini dengan harapan tujuanya sendiri dapat terealisasikan. Sehingga harapan dari program yang dilakukan Komunitas Mata Air ini bisa menghasilkan bibit-bibit unggul dalam pengembangan negara Indonesia ke depanya.
            Di berbagai negara maju, pengalaman membuktikan bahwa kelompok-kelompok masyarakat telah berhasil mendorong pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga kebijakan yang diambil dapat mencerminkan aspirasi publik. Dengan demikian, kebijakan pemerintah dapat memperoleh dukungan secara luas, bukan penolakan. Peran kelompok-kelompok masyarakat, termasuk LSM dan Civil Society Organization telah mendorong proses pembangunan, bukan hanya tataran kajian dan pengembangan konsep/teori, peningkatan kesadaran akan pentingnya partisipasi warga dalam pengambilan keputusam, advokasi untuk mereformasi kebijakan agar lebih kondusif terhadap pastisipasi warga, akan tetapi juga dalam mempraktekkan pendekatan pembangunan yang bersifat partisipatorisn (Sumarto dalam Susetyo, Makalah).
BAB III
KESIMPULAN
            Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat tidak hanya mengarah kepada pengembangan fisik ataupun materi saja, namun juga mengarah kepada pengembangan Sumber Daya Manusia. Produk yang dihasilkan dari proses pengembangan masyarakat tidak hanya berbuah hasil fisik yang secara instan dapat dinikmati segera, namun juga berupa hasil yang masih harus menunggu waktu lama untuk menikmati (seperti contohnya pada pengembangan di Komunitas Mata Air ini). Masyarakat yang menjadi objek dan subjek pengembangan masyarakat berlingkup dari semua masyarakat dalam pengertian umum maupun pengertian khusus.
            Komunitas Mata Air merupakan salah satu contoh bentuk pengembangan masyarakat yang menargetkan masyarakat lulusan SLTA/sederajat untuk bisa mengembangkan kemampuan dan karakter di bidang pendidikan. Di proses ini diolah kemampuan individu, kepekaan sosial, penambahan kapasitas dan lain sebagainya. Instrumen yang terlibat adalah panitia, peserta, pengajar, dan donatur yang siap membantu menyukseskan acara tersebut. Dan tujuan besarnya adalah ikut membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.








DAFTAR PUSTAKA

Mata Air. 2014. Sekilas Tentang Mata Air. http://mataair.or.id/blog/sekilas-tentang-mata-air/. Diakses pada 22.52 Wib, 7 Mei 2014
Soetomo. 2006. Pemberdayaan Masyarakat: Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suparno, A Suhaenah, dkk. 2006. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Gramedia
Suhud, Muh. Abu. 2005. Pendekatan Andragogidalam Pengembangan Masyarakat. Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VI, No. 1 Juni 2005:1-13

Moeis, Syarif. 2009. Pembangunan Masyarakat Indonesia Menurut Pendekatan Teori Modernisasi Dan Teori Dependensi. Bandung: Makalah Disajikan dalam diskusi Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung

Minggu, 04 Mei 2014

STRUKTUR FORMAL BAHASA JAWA MODERN, ANALISIS SINTAKSIS


Nama               : Mohammad Sahlan
NIM                : 12/334891/SA/16494
Mata Kuliah    : Sintaksis

Sruktur Formal Bahasa Jawa Modern

1.      Fungsi kata yang mengisi struktur formal bahasa Jawa Modern
Sebagaimana dijelaskan dalam buku Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis  oleh Prof. Drs. M. Ramlan, dalam struktur bahasa Indonesia secara umum memiliki lima fungsi, yang diantaranya adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) yang tersusun dalam tataran klausa. Klausa di sini dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak.
Bahasa Jawa Modern merupakan salah satu bahasa Austronesia yang secara struktur dan morflogi mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Jawa Modern dapat dianalisis dengan menggunakan teori linguistik bahasa Indonesia. Kemudian untuk mengetahui fungsi apa saja yang dapat mengisi struktur bahasa Jawa Modern dapat digunakan buku Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis M. Ramlan sebagai landasan teori.
Berdasarkan strukturnya, S dan P dapat dipertukarkan tempatnya, maksudnya S mungkin terletak di muka P, atau sebaliknya P mungkin terletak di muka S (Ramlan, 1987: 92). Dalam kasus P terletak di muka S sering dipakai dalam ungkapan-ungkapan non formal, sehingga dalam ungkapan formal fungsi S berada di depan P (penutur). Unsur O selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif. Apabila dipasifkan kata atau frase yang menduduki fungsi O menduduki fungsi S (Ramlan, 1987: 93).
Unsur Pel  mempunyai persamaan O yaitu selalu terletak di belakang P. Perbedaanya adalah apabila klausa kalimat itu diubah menjadi kalimat pasif, O menduduki fungsi S sedangkan Pel tetap berada di belakang P dan menduduki fungsi Pel (Ramlan, 1987: 95). Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O, dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang P, dalam suatu klausa Ket pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan SP, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O dan di antara P dan Pel .(Ramlan, 1987: 97).
Contoh ungkapan formal:
Bahasa Indonesia     
Suntono          mengajar            murid kelas XII            matematika              Senin kemarin.
      S                     P                             O                             Pel                              Ket
Bahasa Jawa Modern
Suntono           ngajar              matematika           murid kelas XII           Senin wingi.
      S                   P                        Pel                              O                            Ket
Analisis contoh klausa yang berbahasa Jawa:
Kata Suntono dalam contoh klausa kedua di atas adalah menempati fungsi S. Secara teori yang telah dijelaskan di atas, S dalam ungkapan formal bahasa Indonesia terletak sebelum P. Dalam klausa bahasa Jawa Modern pun S terletak sama persis di depan P. Maka dengan demikian fungsi S dalam bahasa Jawa Modern sama dengan bahasa Indonesia. Kata ngajar dalam klausa di atas menempati fungsi P. Pada kalimat di atas, P terletak di belakang fungsi S. Jadi fungsi P pada bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa Modern memiliki kesamaan.
Kata matematika dalam contoh di atas menempati fungsi Pel. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan di atas bahwa Pel mempunyai persamaan O yaitu selalu terletak di belakang P. Namun Pel jika dipasifkan tidak bisa menempati fungsi S, dan hanya tetap berada di belakang P. Dari contoh klausa bahasa Indonesia dan bahasa Jawa Modern memiliki sedikit perbedaan yaitu pada penempatan posisi fungsi O dan Pel. Hal ini dipengaruhi oleh penutur masing-masing bahasa dan tidak merubah arti keduanya. Kata murid kelas XII menempati fungsi O karena berada di belakang P dan akan menempati fungsi S apabila dipasifkan, hal ini sesuai dengan teori di atas.
Kata Senin wingi dalam klausa di atas menempati fungsi keterangan. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan di atas bahwa selain menempati fungsi S, P, O, dan Pel maka menempati fungsi Ket. Hal ini juga didukung dengan kedudukan kata senin ingi bisa berada di depan, tengah, belakang, kecuali di antara P dan O, atau P dan Pel. Dengan analisis demikian dalam struktur formal bahasa Jawa Modern memiliki fungsi yang sama sebagaimana dalam bahasa Indonesia, yaitu S, P, O, Pel, dan Ket. Namun demikian dalam penempatan O dan Pel terdapat perbedaan. Bahasa Indonesia O terletak di depan Pel (klausa aktif) dan bahasa Jawa Modern Pel terletak di depan O (klausa aktif).
2.      Kategori kata yang mengisi struktur formal bahasa Jawa Modern
Sebagaimana dijelaskan pada nomor 1 di atas bahwa klausa terdiri dari unsur fungsional, ternyata unsur-unsur fungsional itu hanya dapat diisi dengan golongan atau kategori kata atau frase tertentu. Tidak semua kategori kata atau frase dapat menduduki semua fungsi klausa.
Dalam M. Ramlan (1987), Fungsi S dapat diduduki oleh nomina (N), dan kata lain yang dinominalkan. Untuk mengetahui apa saja batasan nomina telah dibahas dalam bab morfologi bahasa Jawa Modern. Fungsi P dapat diduduki beberpa kategori kata yaitu nomina (N), verba (V), kata bilangan (Bil), frase depan (FD), dan mungkin juga terdiri dari keterangan (Ket). Sama halnya dengan S, fungsi O terdiri dari kata atau frase yang termasuk golongan nomina (N). Fungsi Pel bisa terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori nomina (N), verba (V), dan mungkin juga bilangan (Bil). Fungsi Ket terdiri dari kata atau frase yang termasuk kategori Ket, frase depan (FD),  nomina (N), dan mungkin pula terdiri dari kata atau frase golongan verba (V).
Contoh:
2.1

Suntono
ngajar
matematika 
murid kelas XII
Senin wingi
Fungsi
S
P
Pel
O
Ket
Kategori
N
V
N
Frase N
Ket

2.2

Suntono
Anake pak Tomo
Fungsi
S
P
Kategori
N
Frase N

2.3

Mobil bapak
tiga
Fungsi
S
P
Kategori
Frase N
Bil

2.4

Cah wadoh kae
ayu
Fungsi
S
P
Kategori
Frase N
Adjektif




2.5

Buku kui
kanggo adhiku sing cilik
Fungsi
S
P
Kategori
Frase N
Frase depan

2.6

Pentase
sesok bengi
Fungsi
S
P
Kategori
N
Ket

2.7

Maryanto
Lagi sinau
Numpak motor
ing dalan
Fungsi
S
P
Pel
Ket
kategori
N
V
Frase V
Frase depan

2.8

Manuke simbah
Tambah
lima
Fungsi
S
P
Pel
kategori
N
V
Bil

2.9

Kanthi boten ngirangi pakurmatan
kawula
aturaken
lenggah
Fungsi
Ket
S
P
Pel
Kategori
Frase depan (FD)
N
V
V



3.1

Pinten-pinten dinten samangke
Pak Hendro
Boten saged ngajar
Fungsi
Ket
S
P
kategori
Frase N
Frase N
Frase V

3.2

Maryanto
Garap
tugas
pĕthĕntĕngan
Fungsi
S
P
O
Ket
kategori
N
V
N
V

Dari banyak contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam ungkapan formal bahasa Jawa Modern fungsi S dalam klausa dapat diisi dengan kategori kata benda (N) dan kata lain yang dibendakan. Fungsi P dapat diisi dengan kategori kata atau frase kata kerja (V), kata atau frase kata sifat (adjektiva), kata atau frase kata bilangan (Bil), kata keterangan (Ket), dan frase depan (FD). Fungsi O dapat diisi dengan kata atau frase benda (N). Fungsi Pel dapat diisi dengan kategori kata atau frase benda (N), kata atau frase kata kerja (V), dan kata atau frase kata bilangan (Bil). Fungsi Ket dapat diisi dengan kategori kata keterangan (Ket), kata atau frase kata benda (N), kata kerja (V), dan frase depan (FD). Kesimpulan ini sedikit mempunyai perbedaan dengan buku acuan Ilmu bahasa Indonesia M. Ramlan, 1987 yaitu pada kata sifat yang tidak tercantum dalam buku tersebut

3. Makna pengisi fungsi unsur klausa dalam bahasa Jawa Modern
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel, dan Ket, dan dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, Frase depan, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil, dan fungsi Ket terdiri dari Ket, FD, N. Semua fungsi itu selain terdiri dari kategori-kategori kata atau frase, juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisis satu fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi yang lain (Ramlan, 1987:105).
a.       Makna unur pengisi fungsi P:
1.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘perbuatan’
Contoh dalam kalimat, (3.3) Syihab lagi sinau.
Frase lagi sinau menduduki fungsi P menyatakan makna ‘perbuatan’, yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh ‘pelakunya’, yang dalam kalimat 2.1  terdapat pada S, yaitu kata Syihab.
2.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘keadaan’
Contoh dalam kalimat, (3.4) Badanipun bapak gerah.
Kata  gerah menduduki fungsi P menyatakan makna ‘keadaan’, yaitu keadaan yang sedang dialami oleh ‘pelaku’, yang dalam kalimat 2.2 terdapat pada S, yaitu kat badanipun bapak.
3.      Unsur pengisi menyatakan makna ‘keberadaan’
Contoh dalam kalimat, (3.5) simbah ingkang sepuh punika manggen wonten dusun kilen.
Kata manggen yang menjadi unsur pengisi fungsi P tidak menyatakan makna ‘perbuatan’ dan ‘keadaan’ karena tidak menjawab pertanyaan sedang mengapa,diapakan, dan bagaimana, melainkan menyatakan makna ‘keberadaan’, menjawab pertanyaan di mana, di mana para tamu? Jawabnya: simbah ingkang sepuh punika manggen wonten dusun kilen.
4.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘pengenal’
Contoh dalam kalimat, (3.6) Dalem punika daleme ibu kula.
Unsur P yang terdiri dari frase golongan benda (N), yaitu dalem punika, menyatakan makna ‘pengenal’ atau ‘identitas’ yakni ciri khas seseorang atau suatu benda yang menyebabkan orang atau benda itu mudah dikenal.
5.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘jumlah’
Contoh dalam kalimat, (3.7) Manuke simbah punika gangsal.
Kata gansal yang termasuk golongan kata bilangan (Bil), yang dalam kalimat 2.5 mengisi fungsi P menyatakan makna ‘jumlah’, menjawab pertanyaan berapa.

6.      Unsur pengisi P menyatakan makna ‘pemerolehan’
Contoh dalam kalimat, (3.8) Adhik kantuk artha.
Kata kantuk yang menjadi unsur pengisi P pada kalimat 2.6 tidak menyatakan makna ‘perbuatan’, ‘keadaan’, ‘pengenal’. Dan ‘jumlah’ karena kata itu tidak dapat digunkakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, bagaimana, .... siapa,.... apa, dan berapa, melainkan menyatakan makna ‘pemerolehan’ atau ‘benefaktif’, yaitu pemerolehan peruntukan, kegunaan, atau manfaat dari apa yang dinyatakan pada kata yang menjadi objeknya.
b.  Makna pengisi unsur S
1.  Unsur pengisi S menyatakan ‘sebab’
Sebagaimana contoh, Shihab lagi sinau.
Frase lagi sinau yang mengisi fungsi P menyatakan makna ‘perbuatan’. Perbuatan sinau pada kalimat di atas dilakukan oleh Syihab yang mengisi fungsi S. Demikianlah, klausa kalimat tersebut yang terdiri dari kata Syihab menyatakan makna ‘pelaku’, diikuti frase lagi sinau yang menyatakan makna ‘perbuatan’. Yang dimaksud makna pelaku adalah makna yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi P sebagai jawaban dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh fungsi P.
2.  Unsur S menyatakan makna ‘alat’
Dalam contoh, (3.8) mobil-mobi punika ngangkuti beras.
Unsur pengisi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu mobil-mobil punika, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, melainkan menyatakan makna ‘alat’, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan perbuatan karena tidak mungkin mengajukan pertanyaan, siapa yang ngakut beras, atau beras diangkut oleh siapa, melainkan pertanyaan beras diangkut dengan apa.
3. Unsur S menyatakan makna ‘sebab’
Dalam kalimat, (3.9) udan gedhe nggawe banjir desa sebelah.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu udan gedhe, bukan menyatakan makna ‘pelaku’, dan juga bukan menyatakan ‘alat’, melainkan menyatakan makna ‘sebab’, yaitu yang menyebabkan banjir karena kalimat 3.9 itu berparafrase dengan kalimat. (4.1) Desa sebelah banjir amargi udan gedhe. Kata amargi (karena) menyatakan makna ‘sebab’.
4. Unsur S menyatakan makna ‘penderita’
Dalam kalimat, (4.2) Suntono lagi diseneni ibune.
Unsur pengisi S yang terdiri dari golongan N, yaitu Suntono menyatakan makna ‘penderita’, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pda P. Sebagai jawaban pertanyaan apa atau siapa yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P.
5. Unsur S menyatakan makna ‘hasil’
Dalam kalimat, (4.3) gedung kui dibangun tahun 1980.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu gedung kui, bukanya menyatakan makna ‘penderita’, melainkan makna ‘hasil’, yaitu hasil dari suatu perbuatan.
6.  Unsur pengisi S menyatakan makna ‘tempat’
Dalam kalimat, (4.3) Goa Pindul kerep didolani wisatawan lokal.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N, yaitu Goa Pindul, menyatakan makna ‘tempat’ mengingat kalimat itu berparafrase dengan kalimat, (4.5) wisatawan lokal kerep dolani ing Goa Pindul. Kata depan ing (di) mendandai makna ‘tempat’, yaitu tempat berada dan tempat yang dituju.
7.  Unsur pengisi S menyatakan makna ‘penerima’
Dalam kalimat, (4.6) Ibu ditumbaske ageman mbakyu bodho wingi.
Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari golongan N, yaitu ibu, menyatakan makna ‘penerima’, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaa, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan pada P , yaitu perbuatan ditumbaske.
8. Unsur pengisi S menyatakn makna ‘pengalam’
Dalam kalimat, (4.7)  Sepeda motor bapak nembe rusak.
Frase nembe rusak yang mengisi fungsi P menyatakan makna ‘keadaan’ yaitu keadaan, baik keadaan jasmaniah ataupun rohaniah, yang dialami oleh unsur pengisi fungsi S, yaitu sepeda motor bapak. Demikianlah unsur S pada kalimat di atas menyatakan makna ‘pengalam’, yakni ‘yaang mengalami keadaan’ yang dinyatakan pada P.
9.  Unsur pengisi S menyatakan makna ‘dikenal’
Dalam kalimat, (4.8) Bapak Suntono punika guru wonten ing SMK Diponegoro. Unsur pengisi P yang terdiri dari golongan N, yaitu guru menyatakan makna ‘pengenal‘, yakni suatu tanda pengenal atau identitas, dalam hal ini bagi apa yang disebut pada S.
10. Unsur pengisi S menyatakan makna ‘terjumlah’
Dalam kalimat, (4.9)Putranipun simbah gangsal.
Unsur pengisi P yang terdiri dari frase golongan bilangan, yaitu gansal (lima) menyatakan makna ‘jumlah’ atau banyaknya apa yang tersebut pada S.  Demikianlah maka unsur pengisi S dalam kalimat-kalimat itu menyatakan makna ‘terjumlah’, maksudnya yang jumlahnya dinyatakan pada P. Unsur pengisi S itu ialah putranipun simbah.
c. Makna unsur pengisi O
1. Unsur pengisi O menyatakan makna ‘penderita’
Dalam kalimat, (5.1) Dheweke nuthuk pitik.
Unsur pengisi S, yaitu kata dheweke menyatakan makna ‘pelaku’, unsur pengisi P, kata nuthuk, menyatakan makna ‘perbuatan’, dan unsur pengisi O, kata pitik , menyatakan makna ‘penderita’, yakni yang menderita atau dikenai akibat menjawab pertanyaan siapa atau apa yang menderita atau dikenai akibat perbuatan.

2. Unsur pengisi O menyatakan makna ‘penerima’
Dalam kalimat, (5.2) simbah numbaske aku klambi.
Unsur pengisi O yang terdiri dari golongan N, yaitu aku bukanya manyatakan makna ‘penderita’, melainkan menyatakan makna ‘penerima’, yakni yang menerima peruntukan, kegunaan, dan faedah perbuatan yang dinyatakan oleh P.

Makna Pengisi Fungsi Unsur Klausa
Predikat
Subyek
Objek
Pelengkap
Keterangan
Perbuatan
Keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
pemerolehan
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pengalam
Dikena
Jumlah
Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
Penderita
Alat
Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian

4. Beberapa ungkapan bahasa Jawa Modern
5.3 Bapak dosen maringi tugas sintaksis mahasiswa selasa kepengker.

Bapak dosen
maringi
Tugas sintaksis
mahasiswa
Selasa kepengker
Fungsi
S
P
Pel
O
Ket
Kategori
N
V
N
N
N
Makna
Pelaku
perbuatan
alat
penderita
waktu

Analisis: dalam kalimat nomor 5.3 frase bapak dosen menduduki fungsi S karena dia memiliki intonasi sebagai S. Dalam fungsi S yang ditempati frase bapak dosen ditempati kategori N, dan memiliki makna ‘pelaku’ karena menjadi pelaku dari P, yang diduduki oleh makna ‘penderita’. Dengan demikian P mempunyai arti ‘perbuatan’ dan kategori yang menempatinya adalah verba (V). Kemudian frase tugas sintaksis menduduki fungsi Pel karena dia tidak bisa menduduki fungsi S apabila dipasifkan, dan hanya berada di belakang P. Fungsi Pel diisi kategori frase nominal (N), dan mempunyai makna’penderita’ karena kata tugas sintaksis  menjadi alat dari perbuatan P. Kata mahasiswa menduduki fungsi O, dikarenakan kata mahasiswa bisa menempati fungsi S apabila dipasifkan. Kemudian kategori O adalah nomina (N), dan mempunyai makna penderita, karena kata mahasiswa menjadi penderita dari pelaku S. Kata selasa kepengker menduduki fungsi Ket, karena kata tersebut bisa menempati tempat bebas, kecuali di anatara P O, P Pel, sebagaimana teori di atas. Kategori fungsi Ket adalah sebagai frase benda. Dan maknanya adalah waktu.
5.4 Pak Hendro inggih punika dosen linguistik wonten ing jurusan Sastra Nusantara UGM.

Pak Hendro
Inggih punika dosen linguistik
Wonten ing jurusan Sastra Nusantara UGM
Fungsi
S
P
Ket
Kategori
N
N
FD
Makna
Dikenal
Pengenal
Tempat




5.6 wayang inggih punika salah satunggaling budaya Jawi.

Wayang
inggih punika salah satunggaling budaya Jawi
Fungsi
S
P
kategori
N
Frase
Makna
Dikenal
pengenal

5.7 Pak dosen dawuh, yen kabudayan Jawi kedah dipunlestarekake.

Pak dosen
dawuh
yen kabudayan Jawi kedah dipunlestarekake
Fungsi
S
P
Pel
Kategori
Frase N
V
Frase N
Makna
Pelaku
Perbuatan
alat